Rabu, 01 September 2010

Jika Ingin Mendadak Kaya Maka Bangunlah Sekolahan

JIKA INGIN MENDADAK KAYA
MAKA BANGUNLAH SEKOLAHAN

M. Kristiawan, M.Pd.
Dosen Bahasa Inggris DCC Lampung

Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia.  Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.  Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha “pembangunan pendidikan” yang lebih berkualitas, antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Diskusi tentang pendidikan memberikan pemahaman kepada kita bahwa pembangunan pendidikan bukan hanya terfokus pada penyediaan faktor input pendidikan tetapi juga harus lebih memperhatikan faktor proses pendidikan.  Input pendidikan merupakan hal yang mutlak harus ada dalam batas-batas tertentu tetapi tidak menjadi jaminan dapat secara otomatis meningkatkan mutu pendidikan (school resources are necessary but not sufficient condition to improve student achievement).  Di samping itu mengingat sekolah sebagai unit pelaksana pendidikan formal terdepan dengan berbagai keragaman potensi anak didik yang memerlukan layanan pendidikan yang beragam, kondisi lingkungan yang berbeda satu dengan yang lainnya mengharuskan sekolah agar terus dinamis dan kreatif dalam melaksanakan perannya untuk mengupayakan peningkatan kualitas (mutu pendidikan).  Hal ini akan dapat dilaksanakan jika sekolah dengan berbagai keragamannya itu, diberikan kepercayaan untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan anak didiknya. 
Pendidikan merupakan wahana yang paling efektif untuk membangun manusia yang ideal.  Pendidikan tidak lain adalah media pembentukkan manusia seutuhnya, baik dalam konteks pengetahuan (kognisi), sikap (afeksi) maupun keterampilan (psikomotor) (Mustakim, 2007: 26). Namun apa yang terjadi pada pendidikan saat ini? pendidikan semakin mahal, hampir 50% masyarakat lampung sulit atau tidak bisa menyekolahkan anaknya terutama di sekolah megah (high class).
Sekolah megah (high class) atau dengan embel-embel nasional plus di kota Bandar Lampung semakin banyak, contohnya Sekolah Darma Bangsa (SDB), Global Surya, Ar Raihan, Pelita Bangsa, Tunas Mekar dan Taman Pelangi. Sekolah yang disebutkan di atas adalah sekolahnya orang kaya, dan yang empunya pun pastinya sangat kaya. Sekolah megah tidak akan berhenti di situ, pastinya masih banyak lagi kandidat milyarder yang sedang menunggu giliran membangun sekolahan sebagai tempat memperkaya diri.
Ketika mau mendaftar di Sekolah Darma Bangsa untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) maka orang tua siswa harus menyiapkan uang Dana Pembangunan Pendidikan (DPP) sebesar 15 Juta, uang seragam 1 juta, uang buku 1 juta dan uang Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) Rp. 850. 000. Total pembayaran pertama saja 18 juta sementara masih memikirkan SPP Rp. 850. 000 setiap bulan (sumber: Brosur SDB). Siapakah yang bisa membayar? Tentu saja bukan pedagang kaki lima, bukan petani, bukan penarik becak, bahkan PNS yang luhur sekalipun sepertinya tidak akan mampu untuk menyekolahkan anaknya di SDB.
Bagaimana dengan tingkat SMP untuk sekolah di SDB? Uang DPP 18 juta, uang seragam 1 juta dan uang buku 1,25 juta. Untuk dapat masuk di SDB harus menyiapkan 20,25 juta, belum termasuk SPP sebesar 1 juta yang harus dibayarkan setiap bulan. (sumber: Brosur SDB). Pertanyaannya sekarang kayakah sang pemilik SDB (Ir. Firmansyah. Y.A. MBA., M.Sc. dan Lidwina Heryani, STA, BE)? Tentu saja kaya bukan....
Bagaimana dengan sekolah di Ar Raihan? Uang pendaftaran Rp. 250.000, daftar ulang 10 juta, SPP Rp. 600.000. untuk dapat masuk di Ar Raihan orang tua harus menyiapkan 11 juta (sumber: Ashepi Zulham guru Bahasa Inggris Ar Raihan). Belum biaya study tour  yang konon dilaksanakan ke Malaysia dan Singapura, besaran biaya untuk study tour sekitar 4 juta. Bagaimana dengan pemilik Ar Raihan? Kaya tidak Drs. Gunadi Rusydi, M.Kom? Pastinya kaya sekali....
Ada lagi sekolah Global Surya milik Drs.H. Andi Surya M.M yang juga empunya UMITRA, beliau termasuk orang kaya karena membangun sekolahan. Untuk Sekolah Dasar (SD), Global Surya memungut biaya pendaftaran Rp. 100.000, DPP 10,5 juta, dana kegiatan Rp. 700.000, uang buku Rp. 690.000 dan uang seragam Rp. 650.000 (Sumber: Brosur Global Surya). Total biaya satu tahun untuk SD di Gobal Surya senilai Rp. 13.290.000 busyet... Bagaimana dengan SMP? Pastinya lebih tinggi.
Bagaimana dengan sekolah yang selevel Taman Kanak- kanak seperti Taman Pelangi? Biaya di TK Taman Pelangi (usia 5 tahun: 5,1 juta) pastinya lebih besar daripada masuk pendidikan selevel perguruan tinggi. Akankah ada orang miskin sekolah di TK Taman Pelangi? Betul buku karangan Eko Supryanto “Orang Miskin Dilarang Sekolah” apalagi sekolah di TK Taman Pelangi, Mimpi Kali Yeee. Memang kenyataanya, orang miskin tidak boleh sekalipun bermimipi tuk jadi kaya karena sekolah saja susah.
Sekolah-sekolah seperti Sekolah Darma Bangsa, Global Surya, Ar Raihan, Pelita Bangsa, Tunas Mekar dan Taman Pelangi merupakan pembodohan cara baru yaitu privatisasi pendidikan dengan biaya selangit. Ketika sekolah berlomba untuk meningkatkan kualitas dengan segala macam program yang dibuat seperti yang terjadi sekarang ini, maka masyarakatlah yang menanggung pembiayaannya (Made Wiryana ,2007).
Biaya-biaya penyelenggaraan pendidikan memang tidak murah, karena sipemilik sekolahan ingin kaya. Apakah anda ingin kaya? Maka Bangunlah sekolahan. “Kaya tanpa korupsi” itu baik, namun kita perlu menelaah lebih dalam lagi tentang apa itu pendidikan? Pendidikan adalah “memanusiakan manusia” (Paulo Freire dalam bukunya Pedagody and The Oppressed).
 

Nama: Muhammad Kristiawan, M.Pd.
Phone: 081957166167



4 komentar:

  1. artikel ini dimuat di koran Trans Lampung tanggal 23 Agustus 2010

    BalasHapus
  2. Mahal memang tidak selalu terbaik,
    namun murah sering kali murahan...

    contoh Teknokrat, tanpa bermaksud menyombong dan promosi, dengan biaya lebih sdkiti mahal dri semua Kampus yang anda ajar,
    punya segudang prestasi yang ngga secuilpun semua kampus yg ada di profil anda punya.. Dalam bidang bahasa inggris khusus nya, bidang yg anda geluti

    kalau anda cukup pintar menulis, laiknya anda paham, pengajar berkualitas di hargai dengan tidak murah juga... dan begitu pula sebalik nya

    makanya mereka mahal! think before you posted!
    masalah cari profit mah, itu hak setiap WNI kalau anda ngga suka, silahkan buka sekolah murah namun berkualitas, insya allah banyak pahala.

    kalau cuma berkomentar, tetangga saya yg tukang bangunan bicara nya jauh lebih konservatif di banding anda...

    hehhehehe
    no offense gan

    BalasHapus
  3. ckckkckckkckckckkc..... eksis jangan lebay plisss..

    BalasHapus
  4. Alangkah baiknya jika pembahasan Anda tidak sekadar berdasarkan asumsi atau prasangka. Seharusnya, dietelaah juga, ke mana uang itu pergi. Cobalah lakukan pendalaman dg mewawancarai pengelola, cari tahu, seberapa banyak dana yg masuk ke kantong pendiri. Jangan2, uangnya hanya habis utk penyelengaraan pendidikan.

    BalasHapus